Usamah bin Zaid Pemuda Yang sederhana
February 22, 2021
Edit
Usamah bin Zaid,
sebuah pribadi yang sederhana, tapi betapa Rasulullah SAW mencintai beliau dan
keluarganya sehingga kelahirannya menjadi suka cita untuk Rasulullah dan di
kalangan kaum muslimin, hingga di berikan gelar “*Al-Hibb wa Ibnil Hibb”*.
Seorang pemuda, pemimpin, panglima dan penakluk dunia.
Ketika itu
Rasulullah saw. sedang susah krn tindakan kaum Qurasy yg menyakiti beliau dan
para sahabat. Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan beliau senantiasa
harus bersabar. Dalam suasana seperti itu tiba-tiba seberkas cahaya memancar
memberikan hiburan yg menggembirakan. Seorang pembawa berita mengabarkan kepada
beliau “Ummu Aiman melahirkan seorang bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah
berseri-seri krn gembira menyambut berita tersebut. Siapakah bayi itu? Sehingga
kelahirannya dapat mengobati hati Rasulullah yg sedang duka berubah menjadi
gembira ? Itulah dia* Usamah bin Zaid. *
Para sahabat tidak
merasa aneh bila Rasulullah bersuka-cita dgn kelahiran bayi yg baru itu. Karena
mereka mengetahui kedudukan kedua orang tuanya di sisi Rasulullah. Ibu bayi
tersebut seorang wanita Habsyi yg diberkati terkenal dgn panggilan “Ummu
Aiman”. Sesungguhnya Ummu Aiman adl bekas sahaya ibunda Rasulullah Aminah binti
Wahab. Dialah yg mengasuh Rasulullah waktu kecil selagi ibundanya masih hidup.
Dia pulalah yg merawat sesudah ibunda wafat. Karena itu dalam kehidupan
Rasulullah beliau hampir tidak mengenal ibunda yg mulia selain Ummu Aiman.
Rasulullah
menyayangi Ummu Aiman sebagaimana layaknya sayangnya seroang anak kepada ibunya.
Beliau sering berucap “Ummu Aiman adl ibuku satu-satunya sesudah ibunda yg
mulia wafat dan satu-satunya keluargaku yg masih ada.” Itulah ibu bayi yg
beruntung ini. Adapun bapaknya adl kesayangan Rasulullah Zaid bin Haritsah.
Rasulullah pernah
mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam. Dia menjadi
sahabat beliau dan tempat mempercayakan segala rahasia. Dia menjadi salah
seorang anggota keluarga dalam rumah tangga beliau dan orang yg sangat dikasihi
dalam Islam. Kaum muslimin turut bergembira dgn kelahiran Usamah bin Zaid
melebihi kegembiraan meraka atas kelahiran bayi-bayi lainnya. Hal itu bisa
terjadi krn tiap-tiap sesuatu yg disukai Rasulullah juga mereka sukai. Bila
beliau bergembira mereka pun turut bergembira. Bayi yg sangat beruntung itu
mereka panggil *“Al-Hibb wa Ibnil Hibb”* .
Kaum muslimin
tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yg masih bayi itu dengap panggilan
tersebut. Karena Rasulullah memang sangat menyayangi Usamah sehingga dunia
seluruhnya agaknya iri hati. Usamah sebaya dgn cucu Rasulullah Hasan bin
Fatimah az-Zahra. Hasan berkulit putih tampan bagaikan bunga yg mengagumkan.
Dia sangat mirip dgn kakeknya Rasulullah saw. Usamah kulitnya hitam hidungnya
pesek sangat mirip dgn ibunya wanita Habsyi. Namun kasih sayang Rasulullah
kepada keduanya tiada berbeda. Beliau sering mengambil Usamah lalu meletakkan
di salah satu pahanya. Kemudian diambilnya pula Hasan dan diletakkannya di paha
yg satunya lagi. Kemudian kedua anak itu dirangkul bersama-sama ke dadanya
seraya berkata “Wahai Allah saya menyayangi kedua anak ini maka sayangi pulalah
mereka!”
Begitu sayangnya
Rasulullah kepada Usamah pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga
keningnya luka dan berdarah. Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari
luka Usamah tetapi tidak mampu melakukannya. Karena itu beliau berdiri
mendapatkan Usamah lalu beliau isap darah yg keluar dari lukanya dan ludahkan.
Sesudah itu beliau bujuk Usamah dgn kata-kata manis yg menyenangkan hingga
hatinya merasa tenteram kembali. Sebagaimana Rasulullah menyayangi Usamah waktu
kecil tatkala sudah besar beliau juga tetap menyayanginya.
Hakim bin Hazam
seorang pemimpin Qurasy pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah.
Hakam membeli pakaian itu di Yaman dgn harga lima puluh dinar emas dari Yazan
seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam sebab
ketika itu dia masih musyrik. Lalu pakaian itu dibeli oleh beliau dan hanya
dipakainya sekali ketika hari Jumat. Pakaian itu kemudian diberikan kepada
Usamah. Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para
pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya. Sejak Usamah meningkat remaja
sifat-sifat dan pekerti yg mulia sudah kelihatan pada dirinya yg memang pantas
menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah.Dia
cerdik dan pintar bijaksana dan pandai takwa dan wara. Ia senantiasa menjauhkan
diri dari perbuatan tercela.
Waktu terjadi
Perang Uhud Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah saw. beserta
serombongan anak-anak sebayanya putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut
*jihad fi sabilillah*. Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi
ditolak krn usianya masih sangat muda. Usamah bin Zaid teramasuk kelompok
anak-anak yg tidak diterima. Karena itu Usama pulang sambil menangis. Dia
sangat sedih krn tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera
Rasulullah. Dalam Perang Khandaq Usamah bin Zaid datang pula bersama
kawan-kawan remaja putra para sahabat. Usamah berdiri tegap di hadapan
Rasulullah supaya kelihatan lbh tinggi agar beliau memperkenankannya turut
berperang. Rasulullah kasihan melihat Usamah yg keras hati ingin turut
berperang. Karena itu beliau mengizinkannya Usamah pergi berperang menyandang
pedang *jihad fi sabilillah*. Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.
Ketika terjadi Perang Hunain tentara muslimin terdesak sehingga barisannya
menjadi kacau balau. Tetapi Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama denga
‘Abbas Sufyan bin Harits dan enam orang lainnya dari para sahabat yg mulia.
Dengah kelompok kecil ini Rasulullah berhasil mengembalikan kekalahan para
sahabatnya menjadi kemenangan. Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yg
lari dari kejaran kaum musyrikin. Dalam Perang Mu’tah Usamah turut berperang di
bawah komando ayahnya Zaid bin Haritsah. Ketika itu umurnya kira-kira delapan
belas tahun. Usamah menyaksikan dgn mata kepala sendiri tatkala ayahnya tewas
di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi Usamah tidak takut dan tidak pula
mundur. Bahkan dia terus bertempur dgn gigih di bawah komando Ja’far bin Abi
Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya pula. Usamah menyerbu di bawah
komando Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini gugur pula menyusul kedua
sahabatnya yg telah syahid. Kemudian komando dipegang oleh Khalid bin Walid.
Usamah bertempur di bawah komando Khalid. Dengan jumlah tentara yg tinggal
sedikit kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentara Rum.
Seusai peperangan Usamah kembali ke Madinah dgn menyerahkan kematian ayahnya
kepada Allah SWT. Jasad ayahnya ditinggalkan di bumi Syam dgn mengenang segala
kebaikan almarhum.
Pada tahun
kesebelas hijriah Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentara
utk memerangi pasukan Rum. Dalam pasukan itu terdapat antara lain Abu Bakar
Shidiq Umar bin Khattab Sa’ad bin ABi Waqqas Abu Ubaidah bin Jarrah dan
lain-lain sahabat yg tua-tua. Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid yg muda
remaja menjadi panglima seluruh pasukan yg akan diberangkatkan. Ketika itu usia
Usamah belum melebihi dua puluh tahun.
Beliau memerintahkan Usamah supaya
berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah termasuk wilayah kekuasaan
Rum. Ketika bala tentara sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat
Rasulullah saw. sakit dan kian hari sakitnya makin keras.Karena itu
keberangkatan pasukan ditangguhkan menunggu keadaan Rasulullah membaik.
Kata
Usamah “Tatkala sakit Rasulullah bertambah berat saya datang menghadap beliau
diikuti orang banyak setelah saya masuk saya dapati beliau sedang diam tidak
berkata-kata krn kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba beliau mengangkat tangan dan
meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu beliau memanggilku.” Tidak berapa lama
kemudian Rasulullah pulang ke rahmatullah. Abu Bakar Shidiq terpilih dan
dilantik menjadi khalifah.
Khalifah Abu Bakar
meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid sesuai dgn
rencana yg telah digariskan Rasulullah. Tetapi sekelompok kaum Anshar
menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. Mereka meminta Umar bin
Khattab membicarakannya dgn Khalifah Abu Bakar. Kata mereka “Jika khalifah tetap
berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya kami
mengusulkan panglima pasukan yg masih muda remaja ditukar dgn tokoh yg lbh tua
dan berpengalaman.” Mendengar ucapan Umar yg menyampaikan usul dari kaum Anshar
itu Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dgn marah “Hai putra
Khattab! Rasulullah telah mengangkat Usamah.
Engkau tahu itu. Kini engkau
menyuruhku membatalkan putusan Rasululllah. Demi Allah tidak ada cara begitu!”
Tatkal Umar kembali kepada orang banyak mereka menanyakan bagaimana hasil
pembicaraannya dgn khalifah tentang usulnya. Kata Umar “Setelah saya sampaikan
usul kalian kepada Khalifah belaiu menolak dan malahan saya kena marah. Saya
dikatakan sok berani membatalkan keputusan Rasulullah.
Maka pasukan tentara
muslimin berangkat di bawah pimpinan panglima yg masih muda remaja Usamah bin
Zaid. Khalifah Abu Bakar turut mengantarkannya berjalan kaki sedangkan Usamah
menunggang kendaraan. Kata Usamah “Wahai Khalifah Rasulullah! Silakan Anda naik
kendaraan. Biarlah saya turun dan berjalan kaki. ”
Jawab Abu Bakar
“Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak hendak naik kendaraan!
Biarlah kaki saya kotor sementara mengantar engkau berjuang fisabilillah! Saya
titipkan engkau agama engkau kesetiaan engkau dan kesudahan perjuangan engkau
kepada Allah. Saya berwasiat kepada engkau laksanakan sebaik-baiknya segala
perintah Rasulullah kepadamu!”
Kemudian Khalifah Abu Bakar lbh mendekat kepada
Usamah. Katanya “JIka engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya. Izinkanlah
dia tinggal utk membantu saya. Usamah kemudian mengizinkannya. Usamah terus
maju membawa pasukan tentara yg dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah
kepadanya dilaksanakan sebaik-baiknya. Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum
termasuk daerah Palestina Usamah berhenti dan memerintahkan tentaranya
berkemah.
Kehebatan Rum dapat dihapuskannya dari hati kaum muslimin.
Lalu
dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam dan Mesir. Usamah
berhasil kembali dari medan perang dgn kemenangan gemilang. Mereka membawa
harta rampasan yg banyak melebihi perkiraan yg diduga orang. Sehingga orang
mengatakan “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan
tempur dgn selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yg dibawa
pasukan Usamah bin Zaid.” Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat
terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena dia senantiasa mengikuti sunah
Rasulullah dgn sempurna dan memuliakan pribadi Rasul. Khalifah Umar bin Khattab
pernah diprotes oleh putranya Abdullah bin Umar krn melebihkan jatah Usamah
dari jatah Abdullah sebagai putra Khalifah.
Kata Abdullah bin
Umar “Wahai Bapak! Bapak menjatahkan utk Usamah empat ribu sedangkan kepada
saya hanya tiga ribu. Padahal jasa bapaknya agaknya tidak akan lbh banyak
daripada jasa Bapak sendiri. Begitu pula pribadi Usamah agaknya tidak ada
keistimewaannya daripada saya. Jawab Khalifah Umar “Wah?! jauh sekali?!
Bapaknya lbh disayangi Rasulullah daripada bapak kamu. Dan pribadi Usamah lbh
disayangi Rasulullah daripada dirimu.” Mendengar keterangan ayahnya Abdullah
bin Umar rela jatah Usamah lbh banyak daripada jatah yg diterimanya. Apabila
bertemu dgn Usamah Umar menyapa dgn ucapan *“Marhaban bi amiri!” * .
Jika ada orang yg
heran dgn sapaan tersebut Umar menjelaskan “Rasulullah pernah mengangkat Usamah
menjadi komandan saya.”
Semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada para sahabat yg memiliki jiwa dan
kepribadian agung seperti mereka ini. Wallahu a’lam.
Maraji': * Shuwar
min Hayaatis Shahabah* Dr. Abdur Rahman Ra’fat Basya Al-Islam – *Pusat
Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia *
oleh: Muamar salim
___________________________________________________
Sumber: www.islamedia.web.id