KISAH NABI YUNUS AS DAN IKAN
February 22, 2021
Edit
Kisah Teladan Nabi
Yunus as . Beliau adalah Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Nabi Muhammad saw
berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin
Mata. Mereka menamakannya
Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia yang diutus
oleh Allah SWT kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka
ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau mengingatkan mereka akan kedahsyatan
hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka
dengan surga; beliau memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka
hanya menyembah kepada Allah SWT.
Nabi Yunus senantiasa
menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka.
Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau merasakan keputusasaan
dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka
tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk
meninggalkan mereka. Allah SWT menceritakan hal itu dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah
kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka
bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam
keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
lalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)
Tidak ada seorang pun
yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah SWT. Nabi
Yunus tampak terpukul dan marah pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, beliau
meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut dan menaiki perahu yang dapat
memindahkannya ke tempat yang lain. Allah SWT belum mengeluarkan keputusan-Nya
untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya.
Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT.
Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah SWT semata.
Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT.
Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah SWT semata.
Terdapat perahu yang
berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak
memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan.
Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu.
Melihat kejadian ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu.
Melihat kejadian ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus pun
menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahwa
beliau lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah SWT yang lain;
beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau
perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya;
beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan
perahu.
Si nahkoda perahu
bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar
pertanyaan itu,
Nabi Yunus pun
bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu
kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi
Yunus menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut, dan
kegelisahan.
Nahkoda itu berkata
sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air
tampak sedang pasang."
Nabi Yunus berkata
dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah
engkau mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai
tuanku?"
Si nahkoda
berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan
segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia."
Yunus bertanya: "Aku
akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?"
Si nahkoda
menjawab: "Kami tidak menerima ongkos selain emas."
Yunus berkata: "Tidak
jadi masalah."
Nahkoda itu
memperhatikan Nabi Yunus. Ia adalah seorang yang berpengalaman di mana ia
sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia
mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang
mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahwa
Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus
melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan
kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta
kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang
biasa dibayar musafir. Nabi Yunus saat itu merasakan kesempitan dalam dadanya
dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk meninggalkan
negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si nahkoda.
Nahkoda itu
memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit
sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang
palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri menyaksikan semua
itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang
turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku.
Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata:
"Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk
dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan
beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan
kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur
dengan tenang. Nabi Yunus merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya.
Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya
berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah
itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan
atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai
mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam
jiwaku."
Demikianlah, terjadi
suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri Nabi Yunus saat ia terbaring
di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga beliau
pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa sebab yang dapat dipahami. Dan
tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian perahu itu
berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun
bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. Lalu kegelapan menyelimuti
perahu itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup
kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan perahu dan bergolaklah
ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu
meninggi bagaikan gunung dan menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang
ombak menyapu permukaan perahu sehingga para awak perahu itu pun mulai terkena
air. Dan di belakang perahu itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai
mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu
untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Allah
SWT dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti perahu itu
sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras tetap bertiup kemudian
kepala perahu mengisyaratkan dengan tangannya agar beban perahu dikurangi. Dan
angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus merasakan ketakutan.
Dalam tidurnya beliau melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau
berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala perahu berteriak
dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti biasanya.
Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga karenanya angin ini bertiup
dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa yang
namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui
bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak
perahu jika mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi saat itu beliau terpaksa
harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau adalah
seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada hukum ala berhala yang
menganggap bahwa lautan mempunyai tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka
meyakini bahwa bertiupnya angin yang kencang akibat murka dari tuhan. Oleh
karena itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan
yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama
beliau dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah
undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali
ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi
yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahwa Nabi Yunus harus dibuang
ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus
mengetahui bahwa beliau berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam
keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak akan menurunkan hukuman
padanya. Namun ia dianggap salah karena meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya.
Allah SWT memberikan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di
samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan.
Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang
bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa dingin menembus
tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda perahu berteriak:
"Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin
kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan beliau menampakkan
keberaniannya saat ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di
permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya.
Ikan itu mulai tersenyum karena Allah SWT telah mengirim padanya makanan malam.
Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan
itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah
memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat
terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke
dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan:
kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam.
Nabi Yunus merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca
inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, beliau masih
hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.
Yunus mulai menangis
dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan perjalanan menuju Allah saat
beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak untuk
bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan:
"Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya
aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di
perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah SWT. Ikan itu sendiri tampak
kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di dasar
lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah SWT. Beliau
tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak
makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan
tasbih. Ikan-ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di
dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan
paus ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu
dan mereka pun ikut bertasbih kepada Allah SWT. Setiap dari mereka bertasbih
dengan caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang
memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara-suara tasbih begitu riuh
dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang
dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir
semuanya bertasbih kepada Allah SWT dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta
bersama mereka bertasbih kepada Allah SWT. Dan ia mulai menyadari bahwa ia
sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan ketakutan tetapi ia
berkata dalam dirinya mengapa aku takut? Bukankah Allah SWT yang memerintahkan
aku untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa
waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga beliau selalu
memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah SWT dan selalu menampakkan
penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha
Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Allah
SWT melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah SWT mendengar tasbihnya di dalam
perut ikan. Kemudian Allah SWT menurunkan perintah kepada ikan itu agar
mengeluarkan Yunus ke permukaan laut dan membuangnya di suatu pulau yang
ditentukan oleh Allah SWT.
Ikan itu pun menaati
perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus merasakan kepanasan di perut ikan. Beliau
tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kepanasan itu.
Beliau berteriak karena tidak kuatnya menahan rasa sakit namun beliau mampu menahan
diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah SWT menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu
pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat melindungi dari sinar matahari. Dan
Allah SWT menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah SWT memberitahunya bahwa
kalau bukan karena tasbih yang diucapkannya niscaya ia akan tetap tinggal di
perut ikan sampai hari kiamat.
Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya
Yunus beriar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang
penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah
dalam undian. Maka ia ditelan oleh ihan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau
sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia
akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami
lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami
tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada
seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS.
ash-Shaffat: 139-148)
"Dan (ingatlah
kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang
yang lalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS.
al-Anbiya': 87-88)
Kita sekarang ingin
membahas masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah
Nabi Yunus melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para
nabi memang berdosa?
Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang menurut Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT). Ini memang benar.
Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari desa itu— dalam kacamata para nabi—adalah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang menurut Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT). Ini memang benar.
Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari desa itu— dalam kacamata para nabi—adalah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Allah SWT memberikan
suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Allah SWT
mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan dakwahnya dan beliau tidak
perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan karena itu beliau tidak
harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun
selama bertahun-tahun berdakwah beliau tidak mendapati seorang pun beriman.
Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari
keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Allah SWT sehingga
datang perintah Allah SWT melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan beliau
untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya beliau pergi sebelumnya
niscaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang diterima oleh Nabi Yunus.
Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada
kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluamya Nabi Yunus. Allah SWT berfirman:
"Dan mengapa
tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami
beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)
Demikianlah, desa
Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka niscaya ia akan
mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta kemarahannya akan menjadi
hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-gesa ini
berangkat dari keinginannya agar manusia beriman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan
mereka adalah sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan
mereka. Maka Allah SWT menghukumnya dan mengajarinya bahwa tugas seorang nabi
hanya menyampaikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia;
seorang nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang
nabi tidak dapat memberikan hidayah (petunjuk) kepada mereka.
Demikian kisah Nabi Yunus ini semoga
bermanfaat
Sumber: Ksah cerita dan sejarah Para Nabi dan Rosul