Rencana Induk Perikanan Budidaya
March 09, 2018
Edit
RENCANA INDUK PERIKANAN BUDIDAYA - Pengembangan
usaha budidaya di kawasan Asia semakin memiliki peranan yang sangat
penting dalam industri perikanan dunia. Dimana, produksi perikanan
budidaya memasok hampir 45 persen dari hasil perikanan yang dikonsumsi
di seluruh dunia.
Hal tersebut dipicu semakin pesatnya permintaan hasil perikanan global yang terus tumbuh, sementara pasokan dari sumber-sumber tradisional stagnan.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong keberlanjutan pasokan dan permintaan hasil perikanan di masa depan melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja di Jakarta, Kamis (26/6).
Hal tersebut dipicu semakin pesatnya permintaan hasil perikanan global yang terus tumbuh, sementara pasokan dari sumber-sumber tradisional stagnan.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong keberlanjutan pasokan dan permintaan hasil perikanan di masa depan melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja di Jakarta, Kamis (26/6).
RENCANA INDUK PERIKANAN BUDIDAYA
Menurut Sjarief, selain dengan pengembangan teknologi, upaya yang ditempuh adalah dengan mengajak para stakeholder perikanan untuk berperan aktif dan berkolaborasi menyusun suatu kebijakan perikanan yang berkontribusi terhadap pengamanan pasokan dan permintaan hasil perikanan (seafood supply and demand) di masa mendatang secara berkelanjutan.
“Oleh karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng WordFish sebagai organisasi nirlaba internasional di Asia untuk bersama-sama menyusun rencana induk budidaya perikanan nasional hingga tahun 2020, melalui proyek penelitian Aquaculture Future Indonesia yang akan dilaksanakan selama delapan belas bulan”, ujar Sjarief.
Sjarief menjelaskan, Aquaculture Futures Indonesia merupakan sebuah proyek kolaborasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WorldFish yang akan memberikan kesempatan besar untuk secara komprehensif
berupaya meningkatkan nilai konsumsi dan status produksi hasil
perikanan.
Kemudian, proyek tersebut diharapkan dapat mengembangkan
skenario pasokan dan permintaan hasil perikanan masa depan, serta
membangun pemahaman tentang peluang serta tantangan untuk menumbuhkan
budidaya perikanan berkelanjutan di Indonesia.
“Hasil dari proyek ini adalah penting bagi kami dan menjadi masukan tambahan dan konstruktif sebagai upaya terus-menerus dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dari pengembangan budidaya serta produksi dan konsumsi hasil perikanan di Indonesia”, kata Sjarief.
“Hasil dari proyek ini adalah penting bagi kami dan menjadi masukan tambahan dan konstruktif sebagai upaya terus-menerus dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dari pengembangan budidaya serta produksi dan konsumsi hasil perikanan di Indonesia”, kata Sjarief.
Sjarief
menambahkan, berdasarkan laporan dari Bank Dunia dan FAO, pada tahun
2030 diperkirakan hampir dua pertiga dari konsumsi hasil perikanan di
seluruh dunia akan berasal dari budidaya.
Sehingga kawasan Asia termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara, China dan Jepang diproyeksikan akan menebus 70 persen dari permintaan ikan global. “Oleh karena itu, saya percaya kita semua memahami betapa pentingnya pasokan hasil perikanan berkelanjutan di masa depan”, ungkap Sjarief.
Sehingga kawasan Asia termasuk Asia Selatan, Asia Tenggara, China dan Jepang diproyeksikan akan menebus 70 persen dari permintaan ikan global. “Oleh karena itu, saya percaya kita semua memahami betapa pentingnya pasokan hasil perikanan berkelanjutan di masa depan”, ungkap Sjarief.
Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengungkapkan, saat ini
Indonesia tengah diperhitungkan sebagai negara yang secara signifikan
menjadi penghasil perikanan budidaya di dunia.
Sehingga perlu dikawal dengan petunjuk dan sistem yang kuat agar secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dalam skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi. “Indonesia memiliki potensi lahan budidaya laut 8,36 juta Ha, budidaya air payau 1,3 juta Ha dan air tawar adalah 2,2 juta Ha. Angka-angka ini benar-benar menjadi peluang besar untuk masyarakat Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan produksi budidaya”, ujar Slamet.
Sehingga perlu dikawal dengan petunjuk dan sistem yang kuat agar secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dalam skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi. “Indonesia memiliki potensi lahan budidaya laut 8,36 juta Ha, budidaya air payau 1,3 juta Ha dan air tawar adalah 2,2 juta Ha. Angka-angka ini benar-benar menjadi peluang besar untuk masyarakat Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan produksi budidaya”, ujar Slamet.
Menurut Slamet, semua potensi yang ada harus digali agar pembangunan perikanan budidaya dapat memenuhi amanah pro poor, pro job, pro growth, pro industry dan pro environment. Pro poor
dapat diartikan ketahanan pangan, pro job sebagai ketahanan ekonomi
masayarakat dan pro growth sebagai sumber devisa negara.
“Sedangkan pro industry sebagai wujud negara yang maju dengan penuh kepastian mutu dan kuantitas, dan terakhir pro environment yang diwujudkan dalam pendekatan Blue economy sebagai sebuah usaha ramah lingkungan melalui peningkatan nilai tambah”, jelas Slamet.
“Sedangkan pro industry sebagai wujud negara yang maju dengan penuh kepastian mutu dan kuantitas, dan terakhir pro environment yang diwujudkan dalam pendekatan Blue economy sebagai sebuah usaha ramah lingkungan melalui peningkatan nilai tambah”, jelas Slamet.
Slamet
menambahkan, budidaya ikan mengalami masalah yang krusial terutama
pada jaminan bebas penyakit, bebas cemaran, sehingga perlu dikawal oleh
suatu sistim jaminan mutu seperti Indo GAP (CBIB dan CPIB). Effisiensi
produksi hanya dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, pembentukan
usaha melalui kelompok mandiri yang sehat serta intervensi pemerintah
dalam membentuk pola usaha yang tangguh.
Harus diakui, usaha pembudidaya sering menghadapi kesulitan finasial yang sangat memerlukan kematangan organisasi dan suntikan modal. “Menyadari masih banyaknya isu yang belum selesai dan perlu diantisipasi, maka melalui penyusunan roadmap perikanan budidaya yang diprakarsai Worldfish kali ini kiranya dapat dijadikan bahan rujukan kita dalam penentuan RPJM dalam suasana yang lebih kondusif “, tutup Slamet.
Harus diakui, usaha pembudidaya sering menghadapi kesulitan finasial yang sangat memerlukan kematangan organisasi dan suntikan modal. “Menyadari masih banyaknya isu yang belum selesai dan perlu diantisipasi, maka melalui penyusunan roadmap perikanan budidaya yang diprakarsai Worldfish kali ini kiranya dapat dijadikan bahan rujukan kita dalam penentuan RPJM dalam suasana yang lebih kondusif “, tutup Slamet.