Kisah Nabi Harun Dan Firaun
February 03, 2021
Edit
Kisah Nabi Harun Dan Firaun - kembali lagi postingan disini masih perlu menyelesaikan seputar kisah dan cerita para nabi dan Rosul untuk menambah wawasan dan pengetahuan akan sejarah perjalanannya kehidupan Manusia di atas permukaan bumi ini yang sebeklumnya banyak kisah cerita yang perlu kita ketahui.
pada kesempatan ini kita akan bercerita tentang Kisah Nabi Harun as dan Fir'aun. Kisah cerita ini merupakan kisah cerita Teladan Dari Nabi Harun as. seperti yang sudah sering kita dengar atau baca dalam tafsir alqur'an bahwa nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali.
pada kesempatan ini kita akan bercerita tentang Kisah Nabi Harun as dan Fir'aun. Kisah cerita ini merupakan kisah cerita Teladan Dari Nabi Harun as. seperti yang sudah sering kita dengar atau baca dalam tafsir alqur'an bahwa nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali.
Harun bin Imran bin
Qahats bin Azar bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim. Beliau adalah kakak
Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah:
"Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat Kami, yaitu
saudaranya, Harun menjadi seorang nabi."
![]() |
Kisah Nabi Harun Dan Firaun |
Harun dilahirkan empat tahun sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun.
Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran: "Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta."
Nabi Harun hidup
selama 123 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, yaitu sebelum
Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka sukar dipimpin,
namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti
syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.
Selepas Harun dan Musa
meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya' bin Nun. Namun, selepas
Yusya' mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan syariat yang terkandung dalam
Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya
menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Pengutusan Nabi Harun
Riwayat Nabi Harun
tidak terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwahnya dilakukan bersama dengan
Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwah.
Pada masa Nabi Yusuf,
sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi dari
negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang teguh pada
agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang menyembah patung dan
berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.
Para fir'aun khawatir
jika mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan masyarakat Mesir.
Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal ini
terekam dalam firman Allah,"(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari
(Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya.
Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah kesulitan
yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang ibu pun
menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman Allah, "Dan kami ilhamkan
kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul," (QS. Al-Qashash [28]:
7).
Janji Allah untuk
untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan istrinya mencari
seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan
menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa dibesarkan di
lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan pemuka-pemuka agama mereka.
Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Pada suatu hari, ada orang
Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan
untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun
menolongnya dan memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya,
orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain. Orang bani Israil
itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa.
Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar cerita
pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan menceritakan
apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Namun, salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Namun, salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di Madyan, Musa
tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah orang tua
itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang sangat
tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa kemudian
ingin kembali ke mesir setelah beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di
Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak memberikan
tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan Musa
melihat cahaya api dari kejauhan.
Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian
menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah. Permintaan Musa pun
dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebagai pendampingnya.
Allah memerintahkan
mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut saat memperingatkan
Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada Fir'aun,
"Kami adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil
dan jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti
petunjuk."
Pada saat itulah
kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah
kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1" Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya
terhadap Musa, bahkan mulai mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun
melakukan sihir.
Fir'aun lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Fir'aun lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu,
para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang dia bawa.
Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman Fir'aun. Mereka semua berkata
seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya kami telah beriman kepada
Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah
kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan
lebih kekal (adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun lalu
berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani Israil.
Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia kemudian
berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang pedih kepada Fir'aun dan
kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan,
belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti
yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang
berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).
Ketika Fir'aun dan
kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang menimpa mereka, dia
pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk menghentikan siksaan
itu.
Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara itu, bani
Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar dia membawa
mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa kaumnya dan
berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai. Fir'aun beserta bala tentaranya
mengejar mereka.
Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi
Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat
banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir),
mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah
menerima Taurat.
Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Nabi Musa lantas
marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah pusat
pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota Ariha (Jericho),
tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam al-Qur'an,
"Mereka berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki,
selagi mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan
berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' "
(QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di saat mereka
menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya dengan adzab.
Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah itu,
Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil
baru merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada
Nabi Musa. Karena itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah
yang kemudian membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju
kota Ariha dan tinggal di sana.
Kisah Nabi Harun
dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran,
nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali, antara lain seperti berikut ini.
Pada Surat Al-A'raaf
(Al-A'raf) [7]: ayat 142, Firman Allah SWT :
Dan telah Kami
janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh
malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata
Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin)
kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakan".
Pada Surat Thaahaa
(Thaha) [20] : ayat 25-36, Firman Allah SWT :
Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu)
Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu
dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak
mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami".
Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai
Musa."
Pada Surat Thaahaa
(Thaha) [20] : ayat 42-50, Firman Allah SWT :
Pergilah kamu beserta
saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam
mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka
berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa
kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman:
"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan
katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan
kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Berkata Firaun:
"Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata: "Tuhan kami
ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.
Pada Surat Thaahaa
(Thaha) [20] : ayat 59-73, Firman Allah SWT :
Berkata Musa:
"Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah
dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". Maka Firaun
meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.
Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa".
Dan
sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka
berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka
merahasiakan percakapan (mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang
ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu
dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka
himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan
berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini.
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah
kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula
melemparkan?"
Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan".
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa
seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut
dalam hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah
yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan
menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". Lalu tukang-tukang
sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya
kepada Tuhan Harun dan Musa".
Berkata Firaun: "Apakah kamu telah
beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian.
Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian.
Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan
bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu
sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di
antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".
Mereka berkata:
"Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang
nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah
menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya
kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya
kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan
kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah
lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".
Pada Surat Thaahaa
(Thaha) [20] : ayat 85-89, Firman Allah SWT :
Allah berfirman:
"Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan
mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya
dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah
Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa
lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari
Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?". Mereka
berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan
kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa". Maka apakah mereka tidak memperhatikan
bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan
tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
Pada Surat Thaahaa
(Thaha) [20] : ayat 90-94, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya
Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya
kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu. itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku".
Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga
Musa kembali kepada kami". Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang
menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak
mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?"
Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan
jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata
(kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak
memelihara amanatku".
Sumber Referensi
Dari berbagai sumber
kisah cerita para nabi dan rosul